Contoh Paragraf Narasi Ekspositoris.
Paragraf
Narasi Espositoris disebut juga Narasi Teknis adalah karangan yang mencoba
menyajikan sebuah peristiwa kepada pembaca apa adanya.
Aku berjalan menuju halaman rumah-rumah yang sunyi. Aku terus
berjalan d kota kecil yang sunyi, hingga kutemukan patung sepeda-sepedaan di tengah taman. Ada seorang gadis berbaju
hijau mengintipku dari balik rerimbun
daun. Aku mengejarnya. Lantas, ia berhenti di salah satu sudut taman. Kami berpandang-pandangan sebelum aku
tahu ia benar-benar
hilang. Bolak-balik aku
mencoba untuk mencarinya. Sebelum aku benar-benar menemukannya, dering jam
weker cukup mengejutkanku. Cahaya matahari sudah menerobos masuk jendela
kamarku.
Contoh 2 :
Soekarno, Presiden Republik Indonesia
pertama adalah
seorang
nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno
menghabiskan
waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena
keberaniannya
menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang
dasar-dasar
Indonesia
merdeka yang dinamakan Pancasila pada
sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad
Hatta
sebagai wakil bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan
diasingkan
ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan
ke Yogya
dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden
RI pada tahun
1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno
bersama
pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi
negara-negara
nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung
tahun 1955.
Hampir
seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan
berjuang.
Contoh
Narasi Sugestif ;
Patih Pranggulang menghunus pedangnya.
Dengan cepat ia
mengayunkan
pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum
mengenai
tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh
Tunjungsekar,
pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut
pedang
itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih
Pranggulang
melakukan hal itu. Akan tetapi, semuanya gagal.
Contoh 2
;
Aku tersenyum sambil mengayunkan
langkah. Angin dingin yang
menerpa,
membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak.
Kumasukkan
kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba
memerangi
rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang
terbakar
di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi
yang
kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah
ayu di
hadapanku, akankah kurindui juga? Ada
yang berdegup keras di
dalam
dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo,
sergah
hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah
menunggu kepulanganmu dengan
segenap cintannya.